Laporan Tugas Akhir Bagaimana Pola Komunikasi antar pribadi Anak Jalanan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Krisis ekonomi (krismon) yang melanda Indonesia Sejak Agustus 1997
membawa akibat yang Luar biasa bagi keidupan mayoritas bangsa Indonesia. Krisis
ekonomi yang tidak dapat lagi diprediksi ujung pangkalnya, merebak sampai ke desa.
Cukup banyak keluarga yang tidak berada dalam posisi normal akibat dari adanya
persoalan ekonomi dan kondisi masyarakat tersebut. Akibatnya, Jumlah penduduk
tergolong miskin di Indonesia meningkat. Puluhan jutah jiwa langsung terperosok
dibawa garis kemiskinan.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Tahun 1998, lebih dari
97 juta jiwa penduduk berada di bawah garis kemiskinan. Angka ini melonjak jauh
dibandingkan 20-25 juta jiwa sebelum krisis. BPS melakukan koreksi pada tahun
1999 dengan menyatakan, lebih dari 49 juta jiwa penduduk berada dibawah garis
kemiskinan. Sebagai dampak krisis moneter tersebut, ada yang memperkirakan
bakal banyak generasi yang hilang ( Los, Generation ) oleh karena itu semakin
banyaknya anak yang putus sekolah, kehilangan harapan dan masa depan, menjadi gelandangan
atau anak jalanan.
Saat ini kehidupan anak jalanan ditemukan di tempat-tempat keramaian
umum, seperti pasar, terminal, pusat-pusat pertokoan, perempatan jalan dan
sebagainya. Pekerjaan merekan pun beraneka ragam. Ada yang bekerja sebagai
pengemis, pengamen, penjual asongan ataupun tukang semir. Mereka seringkali
menghabiskan waktu dijalanan.
Jumlah anak jalanan diseluruh dunia dari waktu ke waktu semakin bertambah.
Hal tersebut terjadi di semua Negara, khususnya Negara-negara berkembang. Di
Asia tercatat sedikitnya 25 sampai dengan 30 jutab anak Jalanan.
Diperkirakan hingga saat ini terdapat sekitar 200.000 anak jalanan
yang etrsebar dibeberapa kota besar di Indonesia, agnka tersebut meningkat
sekitar 3% disbanding tahu 1996 yang berjumlah sekitar 150.000 anak jalanan.
Angka-angka tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam tiga
puluh tahun mendatang (Departemen Sosial Republik Indonesia, 1999).
Gaya hidup anak jalanan sering dipergunakan untuk menyimbolkan
masalah kemiskinan di Indonesia. Mereka di anggap kaum marginal yang tidak
dapat menyesuaikan dalam proses pembangunan. Dalam konteks pembangunan modern,
banyak kota di Indonesia telah berkembang dengan fasilitas gedung bertingkat,
jalan bebas hambatan dan taman yang telah dibangun dengan indah. Tetapi , anak
jalan hanya dapat mengagumi hasil-hasil pembangunan itu tanpa tersentuh program
pembangunan. Banyak anak lari kejalan karena kegiatan ekonomi keluarga, yang
terpaksa ikut membantu orang tua mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan bekerja di jalan, sehingga predikat ini melekat pada mereka.
Salah satu ciri yang paling mencolok dari kota-kota dunia ketiga
termasuk Indonesia adalah pertumbuhan penduduk yang luar biasa cepatnya namun
tidak dibarengi tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat. Kota Kendari merupakan
salah satu kota yang ada di Indonesia, yang tidak luput dari perkembangan
penduduk yang pesat dan kompleks serta minimalnya pertumbuhan kesempatan kerja dengan
jumlah penduduk yang ada.
Mereka banyak dijumpai anak berusia berusia 5-15 tahun Kota Kendari,
yang bekerja dan mengemis dijalanan, mencerminkan tingginya keterpurukan yang
terjadi saat ini. Menurut survey awal yang kami lakukan saat ini jumlah anak
jalanan yang ada di Kota Kendari berjumlah sekitar 800 orang lebih anak jalanan
(Data, BPS dan Dinas Sosial Kota Kendari 2006). Tuntutannya hal ini membawa
dampak yang kurang menguntungkan sumber daya manusia demi masa depan bangsa
ini, karena usia sekolah ini sangat rawan untuk di eksploitasi oleh orang yang
tidak bertanggung jawab.
Hasil penelitian Husain (2005) menunjukan bahwa jumlah Anak Jalanan
terbesar terdapat dikelurahan Bende, dan penelitian tesebut menunjukan anak
jalanan tersebut di koordinir oleh orang tuanya sendiri atau dengan kata lain
bahwa orang tua si anak sendiri yang telah memberikan tekanan/paksaan pada
anaknya untuk bekerja di jalanan. Pemerintah kota selama ini telah melakukan
berbagai upaya dalam menangani persoalan anak jalanan di Kota Kendari,
diantaranya upaya yang dilakukan Dinas Sosial dengan mendirikan rumah singgah
bagi anak jalanan, bekerja sama dengan berbagai lembaga swadaya Masyarakat
(LSM). Upaya yang di lakukan adalah mendirikan tempat keterampilan bagi Anak
Jalanan yang di kelola langsung oleh Dinas Sosial Kota Kendari, namun
sebahagian Anak Jalanan tidak dapat bertahan lama dalam pembinaan tersebut dan
mereka lebih memilih untuk kembali ke jalan dan menggeluti hidup di jalan
dengan berbagai kegiatan seperti penjual asongan, berjualan Koran,
membersihkan/menyapu lantai mobil, tukar uang koin, pemulung, pengemis, dan
pengamen. Komunikasi menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang harus di
lakukan, bagaimana mereka berintegrasi dengan baik yang merupakan sarana
komunikasi untuk interaksi sosial masyarakat yang heterogen.
Komunikasi merupakan darah kehidupan dalam Masyarakat sebagai contoh
kecil, jika dalam sebuah Masyarakat terdapat Komunikasi maka secara tidak
langsung akan tercipta sebuah masyarakat yang akan mempunyai iklim Komunikasi
yang baik yakni dalam hal membangun hubungan yang baik satu sama lain,
Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penitng bagi kehidupan Masyarakat,
sebab tanpa Komunikasi, hubungan yang baik antar Masyarakat tidak akan tercipta
dengan baik.
Anak Jalanan di Kota Kendari khususnya di Kelurahan Bende mempunyai
pola Komunikasi yang unik dimana proses Komunikasinya bisa terjadi bukan hanya
melalui Komunikasi verbal tetapi mereka juga bisa berkomunikasi berdasarkan
simbol-simbol Komunikasi non-verbal dan disisi lain dengan mengetahui pola
Komunikasi Anak Jalanan dapat dijadikan bahan rujukan dalam hal penanganan Anak
Jalanan karena pola Komunikasi merupakan proses yang di rancang untuk mewakili
kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta kelangsungannya guna
memudahkan pemikaran secara sistematis dan logis.
Pola Komunikasi juga bertujuan untuk melihat apakah Anak Jalanan ada
perbedaan Anak Jalanan tersebut ketika berkomunikasi dengan orang tua mereka,
teman sesama Anak Jalanan, taman sekolah, saudara mereka, dan dengan orang yang
di anggap asing dalam mengungkapkan masalah-masalah mereka, pola Komunikasi apa
yang mereka gunakan dan untuk mengetahui mereka lebih terbuka pada siapa dan
apa alasannya.
Adanya pola Komunikasi yang unik yang terjadi pada Anak Jalanan
tersebut maka bertolak dari gambaran di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang proses Komunikasi Anak Jalanan dengan mengangkat topik
"Pola Komunikasi Antar Pribadi Anak Jalanan Di Kelurahan Bende ".
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang pemikiran yang telah di paparkan di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : " Bagaimana Pola
Komunikasi antar pribadi Anak Jalanan di Kelurahan Bende”
C.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.
Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaiman pola Komunikasi antar
pribadi Anak Jalanan di Kelurahan Bende. "
2.
Manfaat Penelitian
-
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menanbah dan mmemperluas wawasan keilmuan khususnya dalam kajian
Komunikasi antar pribadi dan Komunikasi sosial pembangunan.
-
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan yang positif bagi pemerintah Kota Kendari agar lebih
memberikan perhatian pada Anak Jalanan
-
Diharapkan dapat bermanfaat
bagi pemerhati/praktisi sosial khususnya yang tertarik pada usaha peningkatan
kesejateraan Anak Jalanan secara merata.
-
Diharapkan dapat menjadi bahan
acuan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai Komunikasi
Antar Pribadi dikalangan Anak Jalanan dan Komunikasi Sosial Pembangunan.
D.
LANDASAN TEORI
Berdasarkan objek penelitian tentang Pola Komunikasi Antar Pribadi
Anak Jalanan Di Kelurahan Bende, maka teori yang di gunakan dalam menjawab
permasalahan penelitian adalah teori Komunikasi Antar Pribadi yang terbagi
menjadi Komunikasi verbal dan Komunikasi Non verbal. Teori Komunikasi Antar
Pribadi ini sangat tepat untuk membedah inti permasalahan penelitian ini bagaimana
mengetahui pola Komunikasi Anak Jalanan tersebut dalam berkomunikasi dengan
orang lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung, dalam hal ini
baik secara verbal maupun secara non vebal. Komunikasi dapat berlangsung dengan
baik bila di mulai dari seorang individu dan di sampaikan kepada orang lain
yang menerima hak dan menjawabnya.
Kincaid dan Schramm (Anwar Arifin, 1992) memperkenalkan model
mekanistis, yaitu peserta pesan. Komunikator dan Komunikan digabung menjadi
peserta, karena dalam proses suatu Komunikasi, misalnya percakapan dua orang,
sukar untuk menetapkan mana Komunikator mana Komunikan. Pada hakikatnya mereka
bergantian menjadi Komunikator dan Komunikan. Sedang unsur umpan balik/balikan,
sesungguhnya juga adalah pesan, dari peserta yang lain. Dengan demikian unusr
Komunikasi dalam tatap muka, hanya terdiri dari peserta dan pesan saja.
Model mekanistis dalam Komunikasi itu kemudian di tuangkan dalam
bentuk gambar. Kincaid dan Schramm (Anwar Arifin, 1992) membedakan model mekanistis
itu kedalam 3 (tiga) jenis yaitu : (1) Model Komunikasi umpan balik (balikan),
(2) model timbal balik dalam Komunikasi dan (3) Model Komunikasi antar manusia
yang memusat. Ketiga model Komunikasi terseebut di sajikan dalam gambar
tersebut di sajikan dalam gambar berikut :
Sumber
Pesan Penerima
Saluran
Jika dijabarkan, kelihatan bahwa pesan di ciptakan oleh sumber, dan
umpan balik diberikan oleh penerima sehingga memberikan kesan bahwa Komunikasi
yang berlangsung itu seolah-olah satu arah saja, yakni dari sumber kepada
penerima.
Dalam Komunikasi Antar persona sumber mempunyai 22 fungsi yaitu :
Sebagia sumber pesan dan sebagia saluran artinya sumber atau komunikator
sekaligus bertindak sebagai penyampai pesan kepada Komunikan. Pesan merupakan
stimulus yang dipindahkan oleh sumber berupa gagasan atau ide kepada Kominkan
atau sasaran.
Komunikan adalah orang yang mendapatkan dan mengkomsumsi pesan-pesan
komunikasi dari sumber/pengirim. Efek merupakan perubahan pada prilaku penerima
merupakan hasil pesan yang diterima.
Effendy (1989) mengemukakan bahwa pola komunikasi adalah proses yang
dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautanya unsur-unsur yang di cakup
beserta kelangsungannya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis.
Komunikasi antar pesona menurut Devito (Effendy, 2000)
mendefinisakan sebagai suatu proses pengiriman pesan-pesan antar dua orang atau
lebih dengan beberapa efek dan beberapa unpan balik seketika.
Komunikasi antar pesrsona (komunikasi antar pribadi) adalah
Komunikasi antar oarng-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
maupun non verbal. Bentuk khusus dari Komunikasi antar pribadi adalah
Komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang saja.
Pola Komunikasi Antar Pribadi, para komunikator (Komunikator dan
Komunikan) membuat prediksi tentang prilaku sama lain atas dasar data
psikologi, Masing-masing mencoba atau berusaha untuk mengeti satu sam lain
sebagai individu.
Komunikasi antar pribadi di pengaruhi oleh gaya kognitif. Gaya
kognitif adalah Cara-cara khas dimana individu membangun atau membentuk
keyakinan dan sikapnya tentang dunia sekitarnya dan cara-cara memproses dan
memberikan reaksi terhadap informasi yang masuk atau diterimanya.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk
ke dalam kategori pesan verbal di sengaja, yaitu usaha-usaha yang di lakukan
secara sadar untuk berhubungan dangan orang lain secara lisan.
Lard dan Richard (Mulyana, 2000) membagi pesan non verbal menjadi
dua kategori besar yaitu :
1.
Prilaku yang terdiri dari
penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh. Ekspresi wajah, kontak mata,
sentuhan, bau-bauan dan pribahasa.
2.
Ruang, waktu dan diam.
Berdasarkan
jabaran kerangka pemikiran di atas, maka dapat di gambarkan dalam bagan
kerangka pikir sebagai berikut :
E.
METODE PENELITIAN
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Kelurahan Bende Kota Kendari, dengan pertimbangan bahwa
Anak Jalanan yang paling banyak peroprasi ditemukan pada kelurahan tersebut di
ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari.
2.
Populasi
Populasi
dalam penelitian ni adalah keseluruhan Anak Jalanan yang ada di Kelurahan Bende
Kota Kendari yang berjumlah 81 orang, berdasarkan data yang diperolah dari
hasil survei awal.
3.
Jenis dan sumber data
a.
Jenis Data
Ada
dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni :
1)
Data kualitatif yaitu data yang
berdasarkan pada bahan informan/ temuan dari objek yang ditetili.
2)
Data kuantitatif yaitu data
yang berdasarkan angka-angka atau jumlah-jumlah yang berkaitan dengan
permasalahan.
b.
Sumber Data
1)
Data primer yaitu melalui
observasi atau pengamatan pada objek penelitian serta wawancara langsung/ tanya
jawab pada informan.
2)
Data sekunder yaitu melaui
keterangan yang berhubungan dengan hal yang di teliti dengan menelaah
buku-buku, majalah, Surat kabar dan dokumen penunjang lainya.
4.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Observasi yaitu data yang
dikumpulkan berdasarkan hasil pengamatan langsung kelokasi penelitian.
b.
Wawancara, yaitu data yang
dikumpul dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
di teliti, dengan tanya jawab langsung dan tatap muka dengan informan
mengunakan pedoman wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A.S. 1990. Manusia dan Informasi. Hasanuddin University Press.
Makassar.
Ahmad Abu, dkk. 1991. Psikologi Penelitian (Edisi revise). Rineka Cipta.
Jakarta.
Anwar, Arifin. 1992. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Rajawali
Pers. Jakarta.
Anonim. 1993. Buku Bahasa Insonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
SIC. Surabaya.
Barlund. 1968. Himpunan Istilah Komunikasi. Grafindo. Jakarta.
Bulaeng, Andi. 2000. Metode Penelitian Komunikasi kontemporer. Hasanuddin
University Pres. Makassar.
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Curais, Dar B. James J. Floyd and Jerry L. Winsor. 2002. Komunikasi Bisnis
dan Profesional. Bandung. Remaja Rosdarikarya.
Derlega, J. Valenan and Louis H. Janda. 1986. Personal Adjusment : The Psychologi
Of Evericlay Life Ed.
Scott Forestmen and Company. London. 1997. Komunikasi Antar Manusia.
Profesional Books. Jakarta.
Effendy, O. Uchjana. 1989. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
……….. 1989. Kamus Komunikasi. CV.
Mandar Maju. Bandung.
……….. 2002. Ilmu, Teori dan
Filsafat Komunikasi. Edisi Revise. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Goode,William. J. 1995. Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara. Jakarta.
Gudykurist, William B. dan Young Y. Klim. 1992. Comunicating with
stranger : an approach to intercultural comunication 2nd Edition. Mc Grow-hill.
Inc. New York.
Husain, Najid.2005. Analiss self Disclosure pada Komunikasi Antar Anak
Jalanan Kota Kendari. Penelitian Dosen Muda Tentang Anak Jalanan.
Klopt, Donald W. 1987. Intercultural En Counters : The Funclamentalsof
inter cultural comunication. Morton Publishing Company. Colorado
Litle John, Stephen W. 1996. Theorist Of Human Communication 5th
Ecletion. Wodswort Publising Company. New York
Lillweri, Alo. 1994. Dasar-Dasar Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Malaki, Al. Ekky. 2003. Remaja Doyan Filsafat. Mizan Media Utama (MMU).
Bandung.
Moleon, Lexy J. 1991. Metologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Pratiko, Riyonc. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
……….. 1983. Jangkauan Komunikasi. Bandung. PT. Alumni.
Rachmadi, F. 1988. Informasi Dan Komunikasi. PT. Alumni. Bandung
Rahmat, Jalaludi. 1992. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung
Even, Walroos, 1999. Komunikasi Keluarga. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Siahaan. 1991. Administrasi dan Supervise Pendidikan. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
Sobur, Alex. 1985. Komunikasi Orang Tua dan Anak. PT. Angkasa. Bandung
Supratikyo. 1995. Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologi. Kanisius.
Yogyakarta.